Sketsa Malaikat Hitam
Kereta terakhir bulan Desember baru saja berhenti di Stasiun Senen. Semula, seorang golem lumpur hitam yang baru saja dimuntahkan bersama ratusan yang lain seperti potongan daging kanibara dimuntahkan mulut anakonda itu, ingin menyusuri lorong-lorong kota. Sepanjang jalan-jalan yang di kanan-kirinya dinding-dinding penuh lukisan yang dipajang dalam pameran yang musisi-musisi pengiringnya adalah anak-anak pengamen ber suwal bolong bergitar ompong, golem lumpur hitam itu memantul-mantulkan kepalanya seperti penonton pertandingan bola ping-pong. Sementara para pelukis melolong-lolong, memanggil-manggil si golem agar datang ke lapak-lapak bodong . Tapi dari sana, dari pucuk katedral yang sisa-sisa bulan kemarin malam masih mengerlipkan seiris jeruk tipis keindahan, suara lonceng yang bergema membelah kabut lembut dan cahaya matahari selipat selaput menceracau di telinganya tentang pesta pernikahan yang harumnya semerbak tujuh lapis ruang, di mana seorang malaikat tanpa sayap berdiri be...