Posts

Showing posts from November, 2021

Biografi Sebagai Satuan Sejarah, Menurut Kuntowijoyo

Image
  Umum Menurut Kuntowijoyo, ahli sejarah yang masyhur itu, biografi atau catatan hidup tentang seseorang termasuk ke dalam naskah sejarah, sama halnya dengan sejarah kota, negara, atau bangsa. Meskipun sangat mikro, biografi dapat dianggap bagian dari mosaik sejarah yang lebih besar. Malah ada pendapat yang mengatakan bahwa sejarah adalah penjumlahan dari biografi-biografi. Memang lewat biografi, dapat dipahami para pelaku sejarah, zaman yang menjadi latar belakang kehidupannya, dan lingkungan sosial-politiknya. Namun, bisa pula sebuah biografi tidak perlu menulis tentang hero yang menentukan jalan sejarah, cukup partisipan, bahkan mereka yang tak diketahui atau terlupakan. Namun, tidak menulis seorang tokoh tentu memiliki risiko tersendiri. [1] Meskipun memiliki potensi sebagai teks sejarah, sayangnya banyak biografi tidak ditulis oleh sejarawan, tetapi ditulis oleh jurnalis atau pengarang yang bukan sejarawan. Banyak mahasiswa atau sejarawan yang belum menggeluti biografi. Kesuli

Khitah Baru “Nieuwe Bannen”

Image
  Tulisan dr. Soekiman Wirjosandjojo berjudul “Nieuwe Bannen”, terbit dalam Gedenkboek van het “Indonesische Vereeniging”, Leiden, 1923, menggunakan nama pena Sakri Soenarto, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Suhaji. Jika kita memperbandingkan sejarah pergerakan kemerdekaan di negara-negara jajahan lainnya dengan sejarah rakyat kita, maka akan terlihat titik-titik persamaannya. Yang pertama ialah sikap pemudanya. [1] Meskipun rakyat negara Rusia tidak ditakdirkan dijajah oleh bangsa lain, mereka itu sebelum perang dunia, terutama pada permulaan abad yang lalu berada dalam keadaan yang kira-kira sama dengan kita. Juga di sana rakyat sesungguhnya hampir tidak mengenal adanya hukum. Rakyat itu berada di bawah kekuasaan suatu rezim bertangan besi yang menindak tegas setiap aksi untuk memperoleh tambahan hak-haknya. Aksi-aksi rahasia disuburkan oleh hukuman-hukuman berat, dengan pembuangan ke Siberia bagi orang-orang yang berani menyatakan buah pikiran pembaharuan di muka umum.

Kenangan Moh. Roem atas dr. Soekiman Wirjosandjojo

Image
Soekiman, Moh. Roem, dan Hatta saat Konferensi Meja Bundar Diambil dari berkas tanpa sampul berjudul "Mengenang dr. Sukiman", kemungkinan Panji Masyarakat, XVI/604-606 Hal 10 Tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Di mobil, pulang dari pemakaman, Saudara Baihaqi menanyakan, apakah Presiden Suharto diberitahu oleh keluarga tentang wafatnya dr. Soekiman. Penulis ini datang kurang lebih satu jam sebelum pemakaman dan pada saat itu semua persiapan sudah selesai. Kepada keluarga, ia hanya dapat menyatakan ikut berduka cita atas nama banyak kawan dari Jakarta, yang tidak dapat datang. Pertanyaan itu sama sekali tidak terbayang pada penulis. Dalam alam pikiran Saudara Baihaqi, tentu tidak perlu Presiden Suharto mengetahui tentang wafatnya tiap orang, tapi dr. Soekiman bukan sekadar “tiap orang”. Kalau-kalau dengan mengingat riwayat hidup almarhum, cukup alasan untuk mengaruniakan kepadanya perlakuan yang dipandang oleh masyarakat sebagai penghargaan yang tertinggi, dimakam