Posts

Showing posts from June, 2020

Kepada Sang Pemula

Dari Blora semua bermula Melanglang ke Buitenzorg dan Batavia Di Solo kita berpisah pada afdeling ketiga Ke Bacan kau dibuang Dari Ponorogo kakak-beradik Tjokro itu menyertai kita Ke Surabaya pembaharu berkharisma itu bermuara Di Semarang kita pecah dan memerah Di Bandung orang Minang dengan jas bertambal usang itu meneruskan kita Di Madiun kita diserang dan tewas adik Tjokro tersayang Lalu semua berkutat soal Jakarta walau sempat Yogyakarta Dari Cepu ke Bojonegoro orang kita meniti jalan berdarah Masih kuharap di antaranya, di Randublatung itu, kita bertemu lagi Sebelum kau berbaring sepi di tanah Bogor yang basah oleh hujan Raden Mas Djokomono Tirtoadhisoerjo (1880-1918), bapak pers nasional, pelopor pers berbahasa Indonesia: Medan Prijaji, Soeloeh Keadilan, dan Poetri Hindia. Pendiri Sarekat Prijaji (1906). Pendiri pertama SDI (1908) sebelum ditransformasi oleh Samanhoedi (SDI 1911) dan H.O.S. Tjokroaminoto (SI 1912). Bisa dibilang, sejarah modern Rep

Natur Kelahiran Peradaban Menurut Arnold Joseph Toynbee

Image
“Saya menolak kebiasaan masa kini tentang studi sejarah dalam istilah negara-bangsa; itu semua hanyalah fragmen dari sesuatu yang lebih besar: suatu peradaban.” (Toynbee dalam “ A Study of History: The One Volume Edition ”,   1972, hal 15) “... peradaban mungkin dapat diserupakan dengan rekan dari “ Sleepers of Ephesus ” ( aṣḥāb al-kahf / para pemuda yang tidur di gua) yang baru saja bangkit pada kaki mereka dan mulai memanjat ke muka tebing ... Kejumudan/kediaman mereka bukanlah kejumudan/kediaman orang mati, melainkan kejumudan/kediaman orang tidur; dan bahkan, jika mereka ditakdirkan tiada pernah bangkit, mereka tetaplah masih hidup” (Toynbee dalam “ A Study of History: The One Volume Edition ”,   1972, hal 86) “Roda masa peradaban ini tengah berputar; kian dekat waktunya ia bangkit kembali.” Arnold J. Toynbee mengelompokkan peradaban berdasarkan ragam pembentukannya. Suatu peradaban dapat muncul dari suatu “mutasi spontan” dari sejumlah masyarakat pra-peradaban. Mode

Kesiapan Menghadapi Krisis dan Konsep Cadangan / Simpanan Berlapis

Image
Melihat penanganan pandemi di Indonesia sejauh ini, kita menemukan ada dilema yang dalam. Di satu sisi, wabah adalah persoalan kesehatan, sehingga upaya pencegahan penularan yang maksimal, seperti dengan karantina penuh, seharusnya diutamakan. Karantina penuh itu sendiri telah menjadi amanat dari UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, di mana selama karantina penuh itu, mobilitas manusia benar-benar dibatasi guna menurunkan penularan hingga mendekati nol, sedangkan kebutuhan pokok masyarakat ditanggung Pemerintah, baik pusat maupun daerah. Diharapkan dengan karantina penuh itu, puncak pandemi jadi lebih cepat terlewati, sehingga setelah kurva turun sampai tingkat tertentu, aktivitas dapat berjalan lebih normal lagi. Namun, Pemerintah malah tidak melaksanakan karantina penuh dan lebih memilih PSBB yang lebih longgar terhadap mobilitas. Dampaknya dapat kita lihat, dengan mobilitas manusia yang masih tinggi, bahkan penduduk masih sempat mengambil langkah mudik, penyeb

Bipolaritas Global, Krisis, dan Musim Perubahan: Antara Romawi-Persia dan Amerika-Tiongkok

Image
Dunia ini sejak dulu sering berjalan secara bipolar. Peradaban Greko-Romawi, berikut segenap turunannya, terutama jalur Norman-Anglo Saxon, bisa dibilang salah satu yang senantiasa menjadi pemain penting dalam bipolaritas global tersebut. Dulu, Romawi (terutama Timur, Byzantium) berhadapan dengan Persia, lalu turunan Romawi berhadapan dengan Arab-Berber-Persia-Andalusia-Turki. Lalu Inggris-Perancis berhadapan dengan Jerman-Austria-Hongaria dalam The Great War. Sekutu dan Poros Jerman berhadapan dalam Perang Dunia II, lalu Amerika berhadapan dengan Soviet dalam Perang Dingin. Di era kini, perebutan hegemoni dunia terjadi antara Amerika dengan Tiongkok. Karena itulah, terminologi Romawi menjadi penting sebagai objek pembelajaran, mengingat kekhasannya sebagai sistem peradaban yang pula melahirkan sistem pemikiran tertentu, sampai ia diabadikan dalam kalimat berikut. “Telah dikalahkanlah bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat. Dan mereka, setelah kekalahan mereka itu, akan menang kem