Berkatalah O Bapak Tua

Kau kayuh sepeda
Tubuh tua bergetar kala
Lewati kerikil-kerikil dan lubang menganga
Di jalan-jalan paling tersembunyi desa-desa
Kau kayuh sepeda
Baju itu lama tapi sudah disetrika
Ransel koyak tua itu setengah terbuka
Berisi buku-buku bersampul kulit ejaan lama
Kau kayuh sepeda
Pagi-pagi sekali burung-burung bercicit ria
Cahaya remang-remang pagi buta
Ingatkanmu akan masa lama
Lama
Oh, begitu lama
Kala sepeda tua ini masih belum tua
Dan serasa tubuh ini bisa hadang segala bala
Oh, lama, begitu lama
Kala mata ini masih belum termakan senja
Dan tangan-tangan keriput ini tidak pernah gemetar begitu hebatnya
Ah, sudah begitu lama
Kau kayuh sepeda
Sebongkah batu besar sentakkan itu roda
Menyentakmu keluar dari hantu-hantu masa muda
Ah, begitu fana
Kau kayuh sepeda
Menuju bangunan reyot sedoyong gudang kopra
Sekelebat ingatan akan masa jaya
Kembali melintas di depan mata tua bagai saga
Kau tambat sepeda
Begitu berat rasanya napas menghela
Memikul beban lama yang tak kunjung mereda
Dan justru semakin menjadi besarnya
Kau berjalan ke gudang kopra
Di masa jaya kala jenderal-jenderal muda menganga
Terkagum oleh indahnya ilmu dunia
Ah, rasanya sudah begitu lama
Kau masuk ke gudang kopra
Yang kau hadapi justru tawa membahana
Buku-buku dilempar-lempar ke udara
Tapi pagi ini entah kenapa, kau hanya diam saja
Oh, kau hanya duduk dan mata terbuka
Kuli-kuli kopra ini masih berjingkrak-jingkrak di atas meja
Napas beratmu kembali menghela
Kau buang pandangmu ke jendela
Oh, mata tuamu bagai saga
Sampai kapan ini harus menjadi kata
Kala kata-kataku tak cukup tua
Untuk tuliskan jejak langkah masa
Tapi kata-katamu bisa
Oh, Bapak Tua, berkatalah walau apa
Berkatalah sebagai saksi segala masa
Karena tanpamu, kami tak akan bisa menjadi anak segala bangsa

Oh, Bapak Tua, Berkatalah walau apa

Comments

Popular posts from this blog

TIGA KATA SEMBOYAN DAN SEBUAH IRONI

Permodelan Matematis Teorema Kendali

Mewariskan Nilai, Merawat Harapan