Mehmed II (Artikel 2)


Mehmed II bisa dibilang merupakan sultan terbesar sepanjang sejarah Osman. Setelah menaklukkan Konstantinopel pada 1453, Mehmed membangun birokrasi sentral yang akan memerintah Kesultanan Osman selama empat abad kemudian. Di juga membangun ulang Konstantinopel sebagai kota kosmopolitan dan kota Muslim. Dia memerintahkan pemberian aturan yang toleran terhadap populasi Kristen Ortodoks yang menjadi mayoritas penduduk asal kota itu. Saat wafatnya pada 3 Mei 1481, Kesultanan Osman menjadi pemerintahan dunia Islam paling menonjol pada masanya.[1]
Mehmed II Fatih, putra Murad II, lahir di Edirna pada 1432. Dalam tahun-tahun pembentukannya, pangeran muda menerima pendidikan yang sangat baik. Mehmed terpaksa belajar kenegaraan pada usia muda di tengah kondisi penuh gejolak pada tahun-tahun terakhir pemerintahan ayahnya. Di awal masa remajanya, dia dikirim untuk memerintah Amasya. Mehmed adalah seorang Muslim yang taat, dan ia percaya bahwa takdirnyalah untuk menaklukkan Konstantinopel. Dia dijiwai dengan rasa keagamaan yang kuat, termasuk penaklukan Konstantinopel, sebagaimana diamanatkan dalam Alquran dan Hadits.[2]
Pada Agustus 1444, Murad turun takhta dan pensiun. Mehmed yang berusia 12 tahun diangkat sebagai sultan. Dia kembali ke Edirna di bawah pengawasan wazir agung yang berpengaruh, Çandarli Halil. Mehmed memohon kepada ayahnya untuk keluar dari masa pensiun dan memimpin pasukan Osman di Varna pada 10 November 1444. Setelah itu, Wazir Agung meyakinkan Murad untuk kembali ke takhta dan menyingkirkan Mehmed. Pada 1451, Murad meninggal di Edirna, dan Mehmed kembali menjadi sultan.[3]
Mehmed naik takhta pada usia 19. Dia ambisius dan tak kenal belas kasihan. Serangan oleh tentara salib pada tahun 1444 telah mengajarkan Mehmed pentingnya mengambil Konstantinopel. Lokasi kota yang strategis akan memungkinkan pergerakan pasukan antara Rumelia dan Anatolia, serta kontrol pengiriman antara Laut Hitam dan Laut Aegea.[4]
Awalnya, Mehmed mengonfirmasi keistimewaan Genoa dan Venesia, dan bertukar kedutaan besar dengan John Hunyadi dari Hongaria dan Despot George Branković dari Serbia. Namun, Kaisar Bizantium Constantine XI mencurigai ambisi sultan muda sejak awal. Di sisi Bosporus Eropa, Mehmed membangun benteng Rumeli Hisari dan artileri penyergap. Utusan Bizantium yang memprotes tindakan itu dipenggal. Constantine XI memohon bantuan militer dari Paus Nicholas V. Pada tanggal 12 Desember 1452, di Hagia Sophia, Constantine XI dan keluarga kekaisaran memeluk Katolik dan menerima Union of 1439 dengan imbalan bantuan militer yang tidak pernah datang.[5]
Mehmed melihat pengepungan Konstantinopel sebagai sarana untuk menegaskan otoritasnya atas menteri ayahnya, yang dipimpin oleh Wazir Agung Halil, dan bangsawan tradisional Turki. Pada tahun 1452, Mehmed mengerahkan pasukan besar lebih dari 100.000 orang, termasuk 6.000 Janisari dan armada 220 fois untuk memastikan kemenangan cepat sebelum pasukan salib Barat atau armada Venesia bisa melakukan intervensi.[6]
Constantine XI menghitung bahwa pengepungan yang berkepanjangan akan merusak pasukan Mehmed dan memungkinkan kedatangan bala bantuan Barat. Namun, paus tidak dapat memobilisasi raja-raja Eropa untuk mengirim bantuan dan Venesia terlambat merespons. Pengepungan besar Konstantinopel memperlihatkan inovasi dalam artileri dan perang laut, tetapi 7000 tentara kekaisaran hampir mengusir tentara Osman. Meskipun melakukan serangan berulang, para pejuang Osman menemui jalan buntu. Pada tanggal 29 Mei 1453, Mehmed bertaruh pada serangan terakhir dalam tiga gelombang, dan berhasil membuat gerbang terbuka dan pasukan Osman memasuki kota.[7]
Penaklukan Konstantinopel meneguhkan kedaulatan Mehmed. Itu juga memberinya posisi strategis untuk mengarahkan penaklukan besar di Balkan dan Asia Kecil, dan untuk memecah kekuatan angkatan laut dan komersial Genoa dan Venesia. Kebijakan yang murah hati dan pemerintahan Mehmed yang tertata dengan baik memenangkan penerimaan pasif populasi Ortodoks ketika tentara Osman menaklukkan Balkan. Akhirnya, Mehmed membuat keputusan berani untuk memindahkan ibukota Osman dari Edirna ke Konstantinopel, yang saat itu merupakan kota yang hancur dengan 50.000 penduduk.[8]
Mehmed mengeluarkan banyak upaya untuk mengisi kembali ibu kotanya yang baru, sebuah keputusan yang menyelamatkan Konstantinopel dari eksodus dan dilupakan. Mehmed menyatakan amnesti dan mendorong mantan penduduk untuk kembali ke kota.[9]
Sepanjang masa pemerintahannya, Mehmed memindahkan pengrajin dan pedagang dari kota-kota taklukan ke ibu kota. Orang-orang Yunani yang melarikan diri dari kekacauan Morea diterima di distrik Phanar, yang muncul sebagai pusat komersial yang kaya. Orang Yahudi dari Tesalonika berimigrasi dengan syarat-syarat yang murah hati. Mehmed menyukai rakyatnya yang Yahudi, sehingga menarik para pedagang dan bankir Yahudi untuk pindah dari kota-kota di Rhineland dan Italia. Di Konstantinopel, distrik Balat Yahudi dengan cepat muncul sebagai pusat bisnis yang berkembang.[10]
Podesta Galata, daerah kantong Genoa di dalam kota, menyerahkan kendali kepada Mehmed. Tak lama kemudian, Mehmed mengonfirmasi hak komersial dan hukum komunitas Genoa. Sementara Genoa diizinkan untuk melanjutkan kegiatan komersial mereka, mereka tidak lagi membentuk komunitas independen.[11]
Mehmed membangun kembali Konstantinopel sebagai kota Muslim yang layak dan istana kekaisaran baru Osman. Murad II dan para pendahulunya telah memerintah dengan cara yang keras yang sesuai dengan para sultan Osman yang menyebut diri mereka sebagai ghazi heroik dari Steppes. Mehmed memerintah sebagai Kaisar Muslim, yang mengadopsi upacara pengadilan Sassanid, Abbasiyah, dan Bizantium. Program pembangunan Mehmed yang luas tidak hanya memulihkan kota, tetapi menandai ruang sakral dan religius Muslim yang baru yang mengubah Konstantinopel Bizantium menjadi Kostantiniyye Osman.[12]
Mehmed segera mendirikan pemerintahan pusat yang akan memerintah Kekaisaran Osman selama 400 tahun ke depan. Selain catatan administrasi yang teliti, Mehmed memerintahkan pengumpulan karya geografis, peta, dan informasi tentang kekuatan rival Kristen untuk memastikan bahwa dewan yang berkuasa akan mendapat informasi.[13]
Mehmed menerapkan hierarki yang ketat pada para wazirnya. Mulai tahun 1453, ia memilih wazir agung dari antara pendukungnya yang paling cakap dan paling setia. Dia juga menggandakan jumlah Janisari dari 6.000 menjadi 12.000 untuk staf administrasi pusat yang berkembang. Mehmed melakukan perang yang hampir terus menerus di sepanjang perbatasan Osman untuk memperluas dan melindungi kerajaannya. Prioritas pertamanya adalah pertahanan Rumelia, yang berpusat pada wilayah timur Muslim di lembah Maritsa dan Edirna, dan vital untuk tenaga kerja, kayu, dan tambang.[14]
Mehmed kemudian mengamankan perbatasan di sepanjang Danube bawah dan menguasai Via Egnatia, jalan raya melintasi Balkan dari Konstantinopel ke Durazzo. Dia juga membawa orang-orang Albania dan Bizantium dari Morea. Pada 1463, Mehmed telah mengamankan perbatasan efektif yang bertahan hingga abad ke-19. Mehmed segera memberlakukan pemerintahan Osman langsung atas komunitas Bosnia yang beragam agama. Populasi Ortodoks tunduk pada kekuasaan Osman, lebih suka sultan daripada raja-raja Katolik Hongaria.[15]
Ancaman yang lebih serius terhadap kontrol Osman adalah Venesia, yang kekaisaran kolonialnya pada 1453 mencakup sebagian besar pulau-pulau Yunani di Aegea. Setelah serangkaian pertempuran — yang termasuk peluncuran armada angkatan laut Osman pertama — Venesia menandatangani perjanjian damai dan setuju untuk membayar upeti tahunan kepada Osman sebesar 10.000 dukat.[16]
Melalui serangkaian kampanye yang luar biasa, Mehmed mengubah kesultanan Osman menjadi sebuah imperium, merangkul Balkan dan Anatolia, dan mengendalikan Laut Hitam dan lingkaran luar sekutu dan pengikut. Pada 1480, ia memerintahkan ekspedisi angkatan laut yang berani untuk membuka kampanye terbesarnya: penaklukan Italia dan Roma.[17]
Mehmed telah lama diposisikan sebagai penakluk masa depan Roma. Mehmed didorong oleh keinginan untuk menaklukkan, dan dia sering membandingkan dirinya dengan Alexander yang Agung. Orang dapat berargumen bahwa reputasi Mehmed di masa depan dijamin oleh kematiannya yang mendadak pada tahun 1481. Penaklukan Italia bisa saja di luar kemampuan tentara dan negara Osman. Namun demikian, Mehmed II telah membuat Kekaisaran Osman menjadi kenyataan. Dia telah mengambil Konstantinopel, menaklukkan Rumelia dan Anatolia, dan mendirikan pemerintahan pusat yang akan memerintah kekaisaran selama berabad-abad yang akan datang.[18]


[1] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 40
[2] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 40
[3] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 41
[4] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 41
[5] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 41
[6] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 43
[7] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 43
[8] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 43
[9] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 43-44
[10]Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal.  44
[11] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 44
[12] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 44
[13] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 44-45
[14] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 45
[15] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 45
[16] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 45
[17] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 45-46
[18] Kenneth W. Harl. The Osman Empire Course Guidebook (Chantilly, Virginia: The Great Courses, The Teaching Company, 2017) hal. 46

Comments

Popular posts from this blog

TIGA KATA SEMBOYAN DAN SEBUAH IRONI

Permodelan Matematis Teorema Kendali

Siklus Tantangan dan Respons Peradaban Menurut Arnold Joseph Toynbee