Mehmed II (Artikel 1)
Mehmed II (Mehmed
Fatih; Mehmet II, Muhammad II) (lahir 1432 – wafat 1481) (memerintah 1444-1446; 1451-1481)
Mehmed II adalah
putra keempat Murad II (memerintah 1421-44; 1446-51) dan Sultan Osman ketujuh,
dengan masa pemerintahan pertama dari 1444 hingga 1446 dan masa pemerintahan
kedua dari 1451 hingga 1481. Mehmed lahir pada 30 Maret 1432 di Edirna
(Adrianopolis), ibukota Osman saat itu. Menurut sebagian sumber, pada 1434, ia
dan ibunya dikirim ke Amasya, tempat saudara seayahnya, Ahmed Celebi (1420-37,
putra tertua Murad II) menjadi gubernur. Alaeddin Ali Celebi (1425-43, putra
kedua Murad II) juga tampak
menyertainya.[1]
Saat Ahmed Celebi
meninggal secara tiba-tiba pada 1437, Mehmed yang berumur lima tahun menjadi
Gubernur Provinsi Amasya sementara Alaeddin Ali Celebi dikirim untuk memerintah
Manisa, sebelah barat Anatolia. Dua tahun kemudian, pada 1439, kedua pangeran
dibawa ke Edirna dan Murad memerintahkan penukaran posisi keduanya. Mehmed
dikirim ke Manisa dan Alaeddin Ali ke Amasya. Alaeddin Ali yang sukses membantu
ayahnya memadamkan pemberontakan Ibrahim Bey, penguasa Karaman, terbunuh pada
musim semi 1443, tidak lama setelah pertempuran melawan Ibrahim Bey. Mehmed pun
menjadi satu-satunya pewaris Murad II.[2]
Pada Juli 1443,
Murad membawa Mehmed ke Edirna untuk menempati posisi kehakiman dan
mengumpulkan pengalaman dalam urusan kenegaraan. Bulan-bulan berikutnya, pasukan
salib yang meninggalkan Buda, ibukota Hongaria, dan melaju jauh ke Balkan. Mereka
dihentikan dalam pertempuran musim dingin antara Sofia (ibukota Bulgaria kini)
dengan Edirna pada bulan Desember. Meskipun sempat terjadi perjanjian gencatan
senjata sepuluh tahun sejak Juni 1444 yang ditandatangani Murad di Edirna lalu
diratifikasi oleh raja Hongaria, gencatan senjata itu segera dipatahkan oleh
Hongaria di bawah dispensasi kepausan. Pasukan salib yang lebih besar dibentuk
dan mulai berbaris menuju wilayah Osman.[3]
Sudah terlibat
dalam kampanye militer lain melawan Ibrahim Bey dari Karaman di Anatolia, Murad
II dengan cepat mengalahkan pasukan Karaman, berpawai kembali ke Edirna, dan lanjut
menghadapi dan mengalahkan tentara salib di Pertempuran Varna pada 10 November
1444. Di Edirna, Sultan meninggalkan Mehmed yang berusia 12 tahun sebagai
bupati wilayah Balkan. Saat itu, Mehmed berada di bawah pengawasan kepala wazir
ayahnya, Candarli Halil Pasha, dan kadiasker (hakim militer), Molla Husrev.[4]
Selama jadi
bupati muda, Mehmed menghadapi sejumlah krisis, termasuk kematian pemimpin
gerakan sufi radikal Hurufiyya yang memiliki banyak pengikut dan mendapatkan
perlindungan Pangeran Mehmed sendiri sebelum dilarang oleh pihak berwenang.
Selama periode yang sama, pemberontakan Janisari berakhir dengan pembakaran
pasar dan upaya pembunuhan terhadap penasihat khusus Mehmed, Sihabeddin Pasha. Ketika
Murad kembali dari pertempuran melawan tentara salib pada akhir November atau
awal Desember 1444, ia turun tahta demi putranya yang masih kecil, pensiun ke
Manisa, dan meninggalkan Mehmed untuk memerintah sebagai sultan di bawah
pengawasan Candarlı Halil Pasha dan Molla Husrev.[5]
Era pertama
kesultanan Mehmed menghadapi masalah-masalah rumit yang ada sejak pemerintahan
sebelumnya. Sekitar 18 bulan setelah pelantikannya, Mehmed diturunkan dan dikirim
ke Manisa. Murad II kembali menjadi sultan. Sumber-sumber sejarah bersilangan
tentang alasan Murad dipanggil pulang ke Edirna oleh Halil Pasha. Sebagian
menyatakan itu karena Halil Pasha melawan rencana Mehmed untuk menyerang
Konstantinopel, sementara sebagian menyebutkan adanya ketidakpuasan Janisari
terhadap Mehmed. Meskipun dimakzulkan, Mehmed terus bekerja dengan ayahnya,
turut berperan dalam kampanye militer melawan invasi lanjutan Hongaria (Perang
Kosovo kedua, Oktober 1448) dan lagi pada 1450 di Albania. Dia tampak memerintah
Anatolia Barat sesekali dari Manisa sebagai wilayah kekuasaan virtual, dari
mana dia melakukan kampanye angkatan laut melawan kepemilikan Venesia di Aegea.[6]
Saat Murad II
wafat di Edirna pada Februari 1451, Mehmed sedang berada di Manisa. Era kesultanan
keduanya dimulai saat dia naik tahta di Edirna pada 18 Februari 1451,
mempertahankan semua menteri ayahnya, termasuk Wazir Agung Candarli Halil. Mehmed
saat itu berusia 19 tahun. Bulan-bulan pertama pemerintahannya dilakukan
pembaruan gencatan senjata dengan Serbia, Venesia, serta wilayah-wilayah di
Aegea dan Balkan. Gencatan senjata tiga tahun dinegosiasikan dengan Hongaria. Jaminan
khusus dari kebajikan Mehmed diberikan kepada Kekaisaran Bizantium, membuat
Mehmed bebas untuk memperingatkan Ibrahim Bey dari Karaman dari pretensinya ke
wilayah di Anatolia.[7]
Segera, situasi
berubah, terutama karena pembangunan benteng Rumeli di tepian Eropa dari Bosporus
yang secara efektif memblokade selat itu dan mengisolasi ibukota Bizantium,
Konstantinopel. Mehmed menghabiskan musim gugur 1452 dan musim semi 1453 di
Edirna, merencanakan penaklukan final Konstantinopel. Dia memerintahkan pembuatan
meriam pengepungan besar, mengumpulkan pasukan darat dan laut, dan memindahkan
sejumlah besar tentara dan peralatan dari Edirna ke sekitar dinding-dinding ibukota
Bizantium. Mehmed meninggalkan Edirna pada akhir Maret 1453 dan mulai mengepung
Konstantinopel pada 6 April. Pengepungan itu berlangsung selama 54 hari, dengan
hasil yang tidak jelas sampai penyerangan akhir pada 29 Mei. Mehmed memasuki
kota itu pada 29 Mei dan mengubah Aya Sofya menjadi masjid.[8]
Kekaisaran
Bizantium sekarang secara efektif berakhir, dan nama Konstantinopel diganti menjadi
Istanbul. Tidak beberapa lama, Candarlı Halil Pasha, yang awalnya menentang
pengepungan Konstantinopel, dipecat. Ia digantikan sebagai wazir agung oleh
Zaganos Pasha, seorang keturunan Yunani yang masuk Islam.[9]
Dengan penaklukan Konstantinopel, Mehmed mewujudkan nubuat Rasulullah yang sudah
coba diwujudkan sejak pengepungan kota itu oleh Dinasti Umayyah pada
pertengahan abad ketujuh. Kesultanan Osman sekarang menguasai tanah dua benua
(Anatolia dan Rumelia) dan dua laut (Laut Hitam dan Aegea). Mehmed lalu dikenal
sebagai Fatih dengan dua gelar lain yang menyiratkan kedaulatan universal,
gelar Turki lama, Khaqan, dan gelar Romawi-Bizantium, Qaysar (Kaisar).[10]
[1] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 364
[2] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 364-365
[3] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 365
[4] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 365
[5] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 365
[6] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 365
[7] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 365-366
[8] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 366
[9] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 366
[10] Gabor Agoston dan Bruce Masters. Encyclopedia of The Ottoman Empire
(New York: Facts On File, Inc.,2009) hal. 367
Comments
Post a Comment