Ḥamūlah: Terminologi Transportasi dalam Beberapa Leksikon
Transportasi dapat dimaknai sebagai “metode
dan sistem untuk pergerakan komoditas dan orang”.[1]
Istilah itu juga diartikan sebagai “pengangkutan barang oleh berbagai jenis
kendaraan sesuai kemajuan teknologi”, sehingga mencakup “pengangkutan” dan “perhubungan”.[2]
Pengangkutan adalah proses, cara, perbuatan mengangkut; usaha membawa,
mengantar, atau memindahkan orang atau barang antar-tempat.[3] Perhubungan
merupakan segala yang berhubungan dengan lalu lintas dan telekomunikasi (jalan,
pelayaran, penerbangan, pos, dll.).[4]
Dalam Quran, terdapat sejumlah istilah yang
merujuk pada alat transportasi, termasuk ḥamūlah. Kata itu termaktub
dalam surah al-Anʿām [6]:142. Wa min al-anʿām ḥamūlah wa farsyā (dan di
antara hewan-hewan ternak itu ada yang dijadikan pengangkut beban dan ada yang
untuk sembelihan). Kata yang sejenis juga dimuat surah Yāsīn [36]:41. Wa
āyatun lahum annā ḥammalnā dzurriyyatahum fī al-fulk al-masyḥūn (Dan suatu
tanda [kebesaran Allah] bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka
dalam kapal yang penuh muatan).
Dalam leksikon Gharīb al-Qur’ān fī Shiʿr
al-ʿArab, saat Ibn ʿAbbās ditanya tentang frasa ḥamūlatan wa farsyan,
ia menjawab bahwa al-ḥamulah adalah mā tuḥmalu ʿalayhi (apa yang dimuati,
dinaiki, atau ditunggangi di atasnya) dan al-farsy bermakna aṣ-ṣighār
min al-anʿām (yang muda, kecil, atau penurut di antara binatang ternak). Sementara
itu, dalam at-Taʿrīfāt al-Fiqhiyyah, al-Barakatī mengartikan al-ḥamūlah
(dengan fatah) sebagai al-ibil wal-ḥimr tuḥmalu ʿalayhā al-atsqāl (unta
dan keledai yang mengangkut di atasnya beban-beban). Abu Ḥayyān al-Gharnāṭī
dalam Tuḥfat al-Arīb bi-mā fī al-Qur’ān min al-Gharīb mengartikan
ḥamūlah sebagai ibil wa khayl wa bighāl wa ḥamīr (unta, kuda,
bagal, dan keledai). Selanjutnya, dalam Asās al-Balāghah, az-Zamakhsyarī
memaknai al-ḥamūlah sebagai al-ibil al-latī yuḥmal ʿalayha wa marrat wa-ʿalayhā
ḥamūl wa ḥamūlah ay aḥmāl (unta yang diangkut dimuati di atasnya dan
berjalan dan di atasnya terdapat berbagai macam beban).
Sementara itu, dalam al-Miṣbāḥ al-Munīr fī
Gharīb asy-Syarḥ al-Kabīr, al-Fayyūmī memaknai al-ḥamūlah sebagai al-baʿīr
yuḥmalu ʿalayhi wa-qad yustaʿmalu fī al-fars wal-baghl wal-ḥimār wa qad
tuṭlaq al-ḥamūlah ʿalā jamāʿah al-ibil (unta yang dimuati, juga dapat
diterapkan kepada kuda, bagal, dan keledai, serta dibuat mutlak untuk keseluruhan
unta). Selanjutnya, dalam al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān, ar-Rāghib
al-Isfahānī mengartikan al-ḥamūlah sebagai li-mā yuḥmalu ʿālayh
kal-qutūbah war-rakūbah (sesuatu yang dimuatkan sesuatu di atasnya, seperti
kereta/gerobak atau kendaraan angkut). Berikutnya, dalam al-Mughrib fī
Tartīb al-Muʿrib, al-Muṭarrizī menyatakan bahwa al-ḥamūlah adalah mā yuḥmalu
ʿalayhi min baʿīr aw faras aw baghl aw ḥimār minhā (sesuatu yang dimuati di
atasnya, termasuk unta, kuda, bagal, dan keledai).
Demikian pula dalam Tāj al-Lughah wa Ṣiḥāḥ
al-ʿArabiyyah, Ismāʿīl bin Ḥammād al-Jawharī memaknai al-ḥamūlah
sebagai al-ibil al-latī taḥmilu, wa kadzālika kull mā-ḥtamala ʿalayh al-ḥayy
min ḥimār aw ghayrih (unta yang mengangkut sesuatu, juga semua yang mengangkut
sesuatu dari antara makhluk hidup, termasuk kuda atau lainnya). Lalu, Zayn
ad-Dīn ar-Razī dalam Mukhtār aṣ-Ṣiḥāḥ mengartikan al-ḥamūlah
sebagai al-ibil al-latī taḥmil wa kadzā kullu mā-ḥtamala ʿalayh al-ḥayy min ḥimār
wa ghayrih sawā’ kānat ʿalayh al-aḥmāl aw lam takun (unta yang mengangkut
sesuatu, demikian juga semua yang [biasanya digunakan] mengangkut sesuatu dari
antara makhluk hidup, termasuk kuda dan lainnya, baik yang di atasnya sedang
ada beban [sedang mengangkut] maupun tidak [sedang tidak mengangkut]). Pemaknaan
yang mirip juga terdapat di dalam Majmaʿ Biḥār al-Anwār fī Gharā’ib at-Tanzīl
wa Laṭā’if al-Akhbār karya Muḥammad al-Fattinī, Kitāb al-ʿAyn karya
al-Khalīl bin Aḥmad al-Farāhīdī, al-Muḥkam wa-l-Muḥīṭ al-Aʿẓam karya Ibn
Sīdah al-Mursī, dan beberapa leksikon yang lain.
Dengan begitu, terdapat keterkaitan yang erat
antara istilah ḥamūlah dengan terminologi transportasi, terutama dari
sisi pengangkutan. Hal ini memerlukan suatu penelitian tersendiri.
[1] William Mather Lewis, “The Significance of
Transportation to Civilization”, The ANNALS of the American Academy of
Political and Social Science, Vol. 187, Issue 1, (September, 1, 1936), hal.
1.
[2] Ebta Setiawan & Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, “transportasi”, Kamus Besar Bahasa Indonesia daring,
(2019), akses 4 Februari 2021 [https://kbbi.web.id/transportasi]
[3] Ebta Setiawan & Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, “pengangkutan”, Kamus Besar Bahasa Indonesia daring,
(2019), akses 4 Februari 2021 [https://kbbi.web.id/angkut]
[4] Ebta Setiawan & Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, “perhubungan”, Kamus Besar Bahasa Indonesia daring,
(2019), akses 4 Februari 2021 [https://kbbi.web.id/hubung]
Comments
Post a Comment