Inlandsch Meerderheid
Tulisan Soekiman Wirjosandjojo di Majalah
Pembela Islam Bandung, No. 20, Februari 1931
Perkumpulan-perkumpulan yang berasas
cooperation (bekerja bersama-sama) pada waktu ini sedang ramai mengatur perang
pilihan (verkiezingstrijd) buat volksraad baru disusun menurut aturan
"Inlandsch meerderheid".[1]
Buat Indonesia, sesungguhnya susunan baru itu
tidak berbeda dengan peraturan yang lama. Semua peraturan dalam pokoknya
tetaplah sebagaimana yang dulu. Pemerintah tetap mempunyai kekuasaan buat
menjalankan kemauannya sendiri (autocratisch) walaupun volksraad menolaknya
(artikel 89 dari I.S.). Pemerintah dapat mengubah rupa volksraad yang
dikehendaki oleh pemilih, karena G.G. berhak mengangkat sebagian lid-lid
volksraad di luar kemauan pemilih (benoemingsrecht dari G.G.).[2]
Adapun maksudnya pembikinan wet dengan memberi
hak benoemingsrecht kepada G.G. itu tak lain melainkan mengadakan rem, kalau
pilihan volksraad dalam matanya pemerintah bisa membahayakan politik negeri
karena dianggap radikal (te radicaal). Dalam hal yang demikian ini, maka G.G.
mempunyai obat hak mengangkat lid volksraad, buat menyembuhkan penyakit radikal
yang berjangkit dalam volksraad itu. Dengan leluasalah G.G. bisa mengangkat orang
buat menjadi lid volksraad yang disukai haluannya.[3]
Peraturan pemilihan yang tidak langsung
(getrapte-kiersrecht) itu disertai badan-badan pemilih semacam regentschapsraden
yang boleh disebut raad lama, maka belum cukup agaknya buat menjaga agar supaya
volksraad jangan dogenangi oleh kaum radikal dan mesti diadakan rem yang boleh
dipercaya (benoemingsrecht).[4]
Bagi Indonesia, aturan baru yang menambah
jumlah lid bumiputra dengan lima orang (dari 25 menjadi 30) bukanlah suatu
kemajuan, dan tidak bisa menyenangkan karena di antara lid-lid dan kandidat lid
volksraad bumiputra tidak sedikit jumlahnya "Belanda berkopiah".[5]
Aturan baru ini sudah diterima dengan tampik sorak
yang amat gembira dari pihaknya partai cooperatie, bukan karena keuntungan yang
didapat buat tanah airnya, melainkan keuntungan bagi persoon pemimpinnya.
Sebenarnyalah "parlement systeem" di tanah jajahan itu merusakkan
budi pekerti, sebab menimbulkan kaum "brood politici", yaitu
pemimpin-pemimpin palsu yang menggunakan pergerakan sebagai tenaga dan alat
perkakas buat mengejar keperluan diri sendiri. Perwakilan menjadi broodwinning,
suatu sumber penghidupan baru dan juga menjadi pangkat (betrekking) yang besar
gajinya, enak emolumentennya (graties reizen 1ste klas), sunyi tanggungan jawab
dan tidak usah memakai kepandaian (opleiding). Tidaklah heran kalau politik
cooperation menjadi topeng, menjadi selimut untuk meliputi eigen belang alias
keperluan diri sendiri.[6]
Orang ini yang sebenarnya di luar volksraad
tak berharga, karena pergerakan rakyat tidak bisa memakainya, lekas-lekas
menyebut dirinya sebagai wakil rakyat, pemimpin yang besar? Memang ini
tragieknya orang yang tak mempunyai nationale trots, nationale eergevoel.[7]
Cooperatie-politiek bukan suatu taktik bagi
mereka, melainkan suatu principie. Ketika PNI di dalam penggeledahan luar
biasa, di volksraad diajukanlah suatu rencana wet menentang revolusi
(revolutiewet) yang akan lebih menyempitkan jalannya pergerakan rakyat daripada
sekarang, artinya ini semua dua kejadian yang menapuk muka (slagen in het
aangezicht van der nationale beweging) sekeras-kerasnya, maka tidaklah mereka
sebagai protes mengundurkan diri dari volksraad, sebaliknya teruslah tinggal
tetap di sampingnya pemerintah. Kejadian-kejadian yang demikian ini menguatkan
keyakinan kita, bahwa "juru bekerja bersama-sama ini" tidaklah
mempunyai nationale trots, dan bukan wakil rakyat, melainkan adviseur
pemerintah yang tinggal senang memungut zittinggeld, walaupun rakyat dalam
kesengsaraan.[8]
Parlementair stelsel di tanah jajahan ini bagi
rakyat tak berguna dan hanya memberi kesenangan kepada mereka yang pekerjaannya
mempersatukan keperluan umum dengan keperluan diri sendiri. Orang-orang yang
semacam inilah sebenarnya derajatnya tak lebih tinggi daripada derajat pelayan.[9]
Noot Redactie:
Perhubungan apakah yang ada di antara pangkat
kehormatan yang bergaji bagi orang yang duduk dalam volksraad dengan
"bangsa rakyat"? Bahkan lid-lid volksraad bangsa kita belum pernah
sekali juga menyatakan sikapnya kepada rakyat tentang pekerjaannya sebagai lid
volksraad, malahan pula tiada seorang pun yang merasa berkewajiban akan
berhadapan dengan rakyat.[10]
Jika rakyat Indonesia mengharap-harap mencapai
derajat kemerdekaan, menguasai bangsa dan tanah air sendiri, apakah jalan bagi
rakyat jajahan akan mencampurkan "cooperatie-nya" ke dalam volksraad?
Tidakkah "politiek cooperatie" semacam itu sebagai satu perbuatan
politik yang mengelabui mata rakyat? Bolehkah volksraad itu dikatakan
volksvertegenwoordiging, padahal rakyat tidak berhak sepenuh-penuhnya dalam
pemilihan lid-nya?[11]
Rupanya masih banyak bangsa kita yang belum
insaf, bahwa volksraad itu sebagai perkakas "pengukur panas" alias
barometer pada pihak pemerintah, untuk menentukan sikapnya kepada rakyat. Sungguh
sayang, bahwa "brood-politice" itu masih laku pada sebagian rakyat
Indonesia.[12]
[1] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot, (Malang: YP2LPM, 1984), hal. 23
[2] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 23
[3] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 23
[4] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 23
[5] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 23
[6] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 24
[7] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 24
[8] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 24
[9] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 24-25
[10] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 25
[11] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 25
[12] Soekiman Wirjosandjojo, Wawasan Politik
Seorang Muslim Patriot ..., hal. 25
Comments
Post a Comment