Efek Kedatangan Michael Essien Bagi Sepak Bola Nasional
Dimuat di http://www.qureta.com/post/minta-kolam-renang-worth-it-kah-datangkan-essien
Baru saja menjadi pemain Persib Bandung, Essien langsung meminta rumah yang ada kolam renangnya. Dengan gajinya yang diperkirakan transfermarkt jauh di atas pemain-pemain lokal atau asing lainnya, permintaan itu dapat dianggap muluk-muluk. Apakah mendatangkan Essien benar-benar worth it?
Baru saja menjadi pemain Persib Bandung, Essien langsung meminta rumah yang ada kolam renangnya. Dengan gajinya yang diperkirakan transfermarkt jauh di atas pemain-pemain lokal atau asing lainnya, permintaan itu dapat dianggap muluk-muluk. Apakah mendatangkan Essien benar-benar worth it?
Berita resminya Michael Essien menjadi pemain Persib Bandung membuat heboh media sosial dan berbagai situs pemberitaan. Essien diperkenalkan Persib Bandung tepat pada hari ulang tahun ke-84 klub tersebut di Graha Persib di Jalan Sulanjana, Bandung, dengan nomor pungung 5.
Sontak pengenalan resmi Essien sebagai pemain Persib tersebut membuat pembahasan sejak beberapa waktu lalu memuncak. Sebagaimana dilansir detik.com, setidaknya terdapat 33.500 pemilik akun twitter menuliskan nama pemain internasional Ghana tersebut.
Berbagai pihak, baik profesional bidang sepak bola, fans, hingga netizen biasa, mendadak menyampaikan rasa salut dan kekaguman atas keberhasilan Persib menggaet pemain kelas dunia yang kini berusia 34 tahun itu. Namun, ada juga mereka yang bersikap skeptis dan menganggap bahwa mendatangkan Essien merupakan bentuk penghamburan uang yang percuma.
Essien kini memang tak lagi muda. Pemain dengan nama lengkap Michael Kojo Essien tersebut lahir di Acra, Ghana, pada 3 Desember 1982 sehingga kini sudah berusia 34 tahun. Meskipun pernah membela sejumlah klub besar di berbagai liga top Eropa, kemampuan Essien dianggap sudah habis dan semakin rentan cedera.
Setelah sempat membela Bastia, Olympic Lyon, Chelsea, Real Madrid, dan AC Milan, kontrak Essien kemudian diputus oleh Panathinaikos dan dikabarkan bahwa ia ditolak sejumlah kesebelasan Liga Swedia, yaitu AIK, Hammarby, dan IFK Goteborg. Akhirnya pada Selasa (14/03/2017), pemain berposisi natural gelandang bertahan tersebut berlabuh di Persib Bandung.
Apakah mendatangkan Essien merupakan hal yang tepat bagi Persib Bandung, menimbang berbagai hal tersebut? Ataukah justru merupakan penghamburan angaran dan berakibat buruk bagi pengembangan pemain usia dini yang juga membutuhkan dana besar? Apalagi Persib memiliki pemain muda potensial di posisi yang sama, Gian Zola.
Essien yang mulai debut kompetisi pofesional bersama klub Liga Prancis, Bastia, pada 30 Desember 2000, berlabuh ke Lyon tahun 2003 dan meraih gelar Ligue 1 sebanyak dua kali selama dua musim. Ia bermain sebanyak 66 kali di Bastia (mencetak 11 gol) dan 71 kali di Lyon (mencetak 7 gol).
Ia menghabiskan sebagian besar karir dan puncak suksesnya di Chelsea (2005-2014) dengan mencatat 168 penampilan dan 17 gol ditambah 2 gelar Liga Primer Ingris, 4 piala FA, 1 Piala Liga, 1 Community Shield, dan 1 gelar Liga Champion.
Essien sempat dipinjamkan ke Real Madrid pada 2012-2013 setelah kesulitan menembus tim inti dan mulai sering mendapatkan cedera. Ia bermain 21 kali di Madrid dan mencetak 2 gol. Penurunan performa Essien mencapai puncaknya kala dilepas ke AC Milan pada 27 Januari 2014. Di sana, ia cuma bermain 22 kali hingga kemudian dilepas.
Essien lalu mencari peruntungan di Liga Yunani bersama Panathinaikos dengan torehan 15 kali main dan mencetak 1 gol. Catatan minim itu lantaran ia sempat menjalani penyembuhan cedera selama tiga bulan sebelum debut untuk Panathinaikos. Pada November 2015, kontraknya yang masih tersisa satu musim lagi diputus oleh pihak klub.
Pihak klub menyatakan bahwa Essien akan dimainkan sebagai gelandang tengah sebagai duet Hariono, bukan di posisi aslinya sebagai gelandang bertahan, sehingga posisi Zola tetap aman. Essien sebelumnya juga kerap bermain sebagai gelandang box-to-box. Dengan kondisi fisiknya yang menurun dan rentan cedera, hal ini menyimpan potensi buruk.
Lini tengah merupakan lini tempat terjadinya duel dan perebutan bola selama pertandingan. Jika posisi gelandang serang yang dimaksud merupakan gelandang yang aktif bergerak, membuka bola, dan membagi ruang, apalagi dengan kultur sepakbola Indonesia yang keras dan lapangan yang tidak semulus lapangan Eropa, kondisi fisik Essien semakin mengkhawatirkan.
Lain halnya jika posisi gelandang yang dimaksud bersifat lebih statis dan lebih condong ke peran pembagi bola, deep laying play maker, atau passer. Aspek teknik lebih menonjol pada peran ini sehingga Essien tentu memiliki sejumlah hal yang menguntungkan bagi Persib.
Perlu dicatat, meski fisiknya menurun, kebugaran Essien tidak boleh dianggap habis begitu saja. Secara postur dan sejumlah aspek lain, Essien memiliki keunggulan yang belum sepenuhnya hilang. Jika dipadukan dengan pengalaman dan kemampuan tekniknya, ia masih berpotensi menjadi gelandang hebat bagi Persib.
Banyak pemain sepantaran Essien yang masih berkiprah dan cukup sukses di sepak bola Indonesia kala memasuki usia senja. Keith Kayamba Gumbs, Christian Gonzales, Abanda Herman, Ronald Fagundez, dan berbagai nama lain menjadi contohnya. Dengan level Essien yang lebih tinggi dari mereka pada masa jayanya, secara proporsi, potensi Essien menuai sukses sama bahkan bisa lebih besar.
Kedatangan Essien menyediakan kesempatan emas bagi pemain-pemain muda Persib untuk menjadi pemain yang lebih baik di masa depan. Secara teknik, taktik, maupun mental, ia akan menjadi guru yang lebih berharga daripada sekedar program-program coaching clinic yang selama ini diberikan oleh sejumlah pemain kelas dunia yang didatangkan para promotor.
Tidak hanya bagi pemain, pengalaman Essien akan berdampak positif bagi pelatih lokal di Indonesia. Kebersamaan Essien dengan sejumlah pelatih besar beserta staff mereka, seperti Ranieri, Mourinho, dan lain-lain, dapat mampu memperluas sudut pandang Jajang Nurjaman dan deretan staffnya di Persib Bandung.
Dengan posisinya sebagai gelandang, visi dan intelejensia bermain Essien lebih baik daripada para pemain yang berposisi sebagai penyerang atau bek. Essien menyambungkan permainan dari belakang ke depan sekaligus melindungi pertahanan saat diserang balik. Ia berfokus ke depan dan belakang secara simultan serta menerjemahkan taktik pelatih di lapangan.
Tidak hanya bagi lingkaran Persib Bandung, Essien akan memberikan dampak positif bagi tim-tim yang dihadapinya, terutama dari segi mental. Seringkali, kemampuan pemain-pemain Indonesia tidak keluar sepenuhnya saat melawan tim yang levelnya jauh di atas karena perasaan inferior
Ini terutama tampak pada para pemain muda yang minim jam terbang internasional. Diharapkan, pengalaman melawan marquee player di liga yang sama membuat pemain Indonesia lebih percaya diri saat berhadapan dengan lawan level tinggi.
Efek paling kentara dari bergabungnya Essien dengan Persib Bandung adalah soal promosi dan meningkatan rating. Status Essien sebagai mantan pemain klub-klub top Eropa membuat media internasional maupun media sosial terkena sensasi kepindahannya ke Persib. Reputasi Persib diharapkan semakin besar sehingga lebih mudah menggaet investor.
Fans Essien maupun fans klub-klub yang pernah dibelanya di lia-liga Eropa tentu akan antusias menyambut kedatangan Essien dan memanfaatkan kesempatan langka untuk berfoto atau mendapatkan tanda tangan. Penjualan merchandise yang berhubungan dengan Essien berpotensi meningkat sebagai implikasi antusiasme fans tersebut. Hal ini posotof bagi keuangan klub.
Kedatangan Essien dan para marquee player lain juga akan melambungkan nama liga secara keseluruhan. Fenomena ini seperti yang terjadi pada MLS yang notabene menjadi persinggahan terakhir bintang sepakbola Eropa sebelum pensiun, seperti David Beckham, Frank Lampard, Andrea Pirlo dan lainnya.
Liga 1 akan semakin dilirik, meski masih sebatas pelabuhan terakhir, bagi pemain-pemain kelas dunia. Buktinya setelah Essien, Madura United dikabarkan sudah memiliki klausul prakontrak dengan Peter Odemwingie, yang juga pernah bermain di Liga Primer Inggris. Nama-nama besar lain seperti Dimitar Berbatov yang urung mendapatkan klub, dirumorkan akan merapat.
Semakin banyak pemain bertipe seperti itu merumput di Indonesia, tentunya dengan regulasi yang baik dan tidak mengancam pengembangan pemain muda lokal, kamera media akan semakin menyorot jalannya musim Liga 1. Rating dan promosi akan meningkat.
Investasi dengan demikian, diharapkan semakin mengalir dan nantinya, dapat diolah oleh PSSI dan pihak klub guna mengembangkan fasilitas-fasilitas pelatihan, membangun stadion yang sesuai standar FIFA, dan banyak kebutuhan lain.
Namun tidak dapat dipungkiri, dengan usianya yang semakin senja, pemain semacam Essien tidak akan menjadi opsi jangka panjang bagi pihak klub. Potensi cedera dan gangguan iklim Indonesia yang lebih panas dari Eropa harus diantisipasi. Karena itulah, sistem rotasi diperlukan.
Skuat sebisa mungkin memiliki pemain lokal sebagai tim rotasi. Persib melakukan itu dengan mendatangkan Lillipaly dan Maitimo yang juga berposisi sebagai gelandang, ditambah dengan adanya pemain muda Gian Zola.
Selain sebagai langkah antisipasi faktor-faktor tersebut, ini penting dilakukan untuk memberi kesempatan pada pemain lokal agar tidak tergusur dengan kedatangan marquee player. Pemain lokal harus tetap berkembang demi kebutuhan tim nasional.
Seperti apapun pemain yang didatangkan di suatu klub, potensi pembelian sukses atau mubazir selalu ada. Tinggal bagaimana manajer klub menilai keadaan dan mengambil keputusan yang tepat. Dengan penyikapan yang baik, selalu ada hal-hal positif yang dapat diambil.
Semoga sepak bola Indonesia semakin maju!!!
Comments
Post a Comment