Profil Misi T-50
Pesawat
T-50 awalnya dikembangkan sebagai pesawat latih (trainer) supersonik untuk mengakomodasi kebutuhan melatih pilot
dalam mengoperasikan pesawat tempur generasi mutakhir yang cenderung berada di
zona supersonik. Pada perkembangannya, pesawat ini ditingkatkan menjadi pesawat
tempur ringan yang mampu melakukan peran combat,
aerobatic, dan multirole fighter.
Untuk
itu, pesawat ini dirancang untuk bisa memenuhi beberapa skema misi, terdiri
dari skema umum untuk pesawat latih, skema latih manuver tempur, skema
pendukung udara ke darat (close air
support), skema interdiksi, dan skema anti kapal. Persenjataan dan
perlengkapan yang dibawa harus disesuaikan dengan skema misi yang dijalankan.
Skema-skema misi tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Skema
Latih Umum
Skema
ini dimaksudkan untuk melatih pilot mengemudikan dan bermanuver menggunakan
pesawat dengan kondisi biasa (clean).
Skema ini diawali dengan taxi out, lepas landas, lalu climb, kemudian cruise menuju suatu lokasi designated
area, bermanuver, kemudian berbalik dan cruise
ke lokasi base, descend, empat kali landing /
go-arround switch, landing,
hingga taxi in.
2. Skema
Latih Manuver Tempur (Combat Maneuver
Training)
Skema
CMT dimaksudkan untuk melatih pilot bermanuver menggunakan pesawat dengan
kondisi manuver tempur (air-to-air combat).
Skema ini diawali dengan taxi out,
lepas landas, lalu climb, kemudian cruise menuju suatu lokasi designated area, bermanuver dengan
kondisi tempur seperti mengejar musuh dan sejenisnya, kemudian berbalik, cruise ke lokasi base, descend, landing, hingga taxi in.
Perangkat
yang dibawa pada skema ini adalah Autonoimus
Air Combat Maneuvering Instrumentation
(AACMI) dan Short Range Air-to-Air
Missile (SRAAM)
3. Skema
Pendukung Udara ke Darat (Close Air
Support)
Skema
CAS dimaksudkan untuk menyediakan peran dukungan terhadap pasukan darat pihak
pesawat dengan melakukan penyerangan ke darat (air-to-ground combat) pada pasukan musuh. Skema ini mengharuskan
pesawat berada dalam koordinasi dengan pasukan darat secara langsung dan
sedekat mungkin dengan pasukan darat tersebut.
Skema
ini diawali dengan taxi out, lepas
landas, lalu climb, kemudian cruise menuju suatu lokasi designated area, bermanuver hingga descend ke lokasi target di darat, terus
berada sedekat mungkin dengan pasukan kawan, menyerang, kemudian kembali
berbalik, climb, cruise ke lokasi base, descend, landing, hingga taxi in.
Perlengkapan
yang dibawa pada misi ini adalah SRAAM, AACMI, bom ke darat, gun pod, dan tanki bahan bakan
eksternal.
4. Skema
Interdiksi (Deep Air Support)
Skema
interdiksi atau DAS merupakan skema serangan pencegahan terhadap target musuh
yang tidak secara langsung menjadi ancaman dengan tujuan untuk menunda,
mengganggu, atau menghindarkan pendekatan musuh di kemudian waktu terhadap
pasukan pihak pesawat.
Interdiksi
seringkali dibedakan antara interdiksi taktis dan strategis. Interdiksi taktis
bertujuan untuk memberikan dampak cepat dan lokal seperti melalui penghancuran
langsung pasukan atau rute suplai musuh di area tempur. Sementara interdiksi
trategis lebih luas dan berjangka panjang dengan serangan ke area yang tidak
langsung berhubungan dengan pertempuran seperti infrastruktur, logistik, atau
aset pendukung.
Berbeda
dengan CAS, dalam skema DAS, pesawat tidak secara langsung berada dalam
koordinasi dengan pasukan darat dan tidak harus selalu berada di dekatnya.
Pesawat dalam skema DAS lebih cenderung sebagai pesawat dalam zona pertempuran
udara aktif (hi-hi-hi) yang ditari lebih jauh keluar zona ke region darat.
Peran penyerangan pesawat ke darat dalam skema DAS lebih didasarkan faktor
strategi daripada pendukung pasukan darat.
Skema
ini diawali dengan taxi out, lepas
landas, lalu climb, kemudian cruise menuju suatu lokasi designated area, bermanuver hingga descend ke lokasi target, menyerang,
kemudian kembali berbalik, climb, cruise ke lokasi base, descend, landing, hingga taxi in.
Perlengkapan
yang dibawa pada misi ini adalah SRAAM, LGB (Laser Guided Bomb), surveillance
airborne system, targeting pod,
dan tanki bahan bakan eksternal.
5. Skema
Anti Kapal
Skema
ini dimaksudkan untuk memanfaatkan pesawat dalam pertempuran laut untuk
menyerang kapal musuh. Skema ini diawali dengan taxi out, lepas landas, lalu climb,
kemudian cruise menuju suatu lokasi designated area, bermanuver hingga descend ke lokasi kapal target,
menyerang, kemudian kembali berbalik, climb,
cruise ke lokasi base, descend, landing, hingga taxi in.
Perlengkapan
yang dibawa pada misi ini adalah SRAAM, misil anti kapal, dan tanki bahan bakan
eksternal.
Comments
Post a Comment