Konservasi Energi Bukan Kekekalan Energi
Dalam
buku-buku teks fisika, atau ilmu lain yang terkait dengan termodinamika, yang
diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi, terdapat konsep bahwa energi
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, ia hanya dapat diubah dari satu bentuk
ke bentuk lain dan ditransfer dari satu objek ke objek lain.[1] Prinsip
ini dinamakan konservasi energi. Secara ilmiah, prinsip ini benar, tetapi penulisannya
tidak lengkap sehingga rawan menimbulkan suatu gangguan dalam akidah/teologi.
Hampir
di setiap buku teks, prinsip tersebut selalu ditulis menggunakan kalimat pasif,
sehingga fokus utama dari pernyataan adalah subjek penderita, sementara objek
pelaku dianggap tidak terlalu penting sehingga tidak perlu dicantumkan. Dengan
demikian, kesan yang timbul pada pembaca yang tidak kritis adalah, bahwa tidak
ada satu pun yang dapat menciptakan atau memusnahkan energi, baik itu manusia,
alam, bahkan Tuhan, sehingga prinsip konservasi energi itu sering
disalahartikan menjadi prinsip kekekalan energi.
Kita
perlu mengetahui bahwa sains yang ada saat ini didominasi oleh paradigma Barat,
sehingga mesti dipandang menggunakan kerangka berpikir naturalisme, utamanya naturalisme
ontologis (onthological naturalism) dan naturalisme metodologis (methodological
naturalism). Naturalisme adalah ide atau falsafah bahwa semua hal di dunia
ini bekerja berdasarkan prinsip-prinsip natural, sehingga dalam menjelaskan segala
fenomena, hal-hal yang bersifat supernatural atau bahkan juga supranatural,
harus di buang jauh-jauh keluar jendela.[2]
Dengan
begitu, pernyataan prinsip konservasi energi tersebut berlaku dalam kerangka naturalisme.
Sejalan dengan itu, sains dengan pandangan naturalisme berarti sains yang
materialis dan empiris, sehingga seluruh sistem yang dipelajari hanya yang
terdapat dalam universe “alam semesta atau alam dunia”, yaitu suatu
objek fisik. Dengan demikian, pelaku yang hilang dari kalimat tersebut adalah
pelaku dalam semesta fisik atau material.
Dengan
demikian, pernyataan prinsip konservasi energi yang lebih lengkap dan lebih
sesuai creationism adalah: tidak ada sesuatu pun dalam alam semesta
fisik ini (termasuk manusia) yang dapat menciptakan atau memusnahkan energi,
alam (dan manusia) hanya dapat mengubah bentuk energi dari satu bentuk ke
bentuk lain. Dengan begitu, prinsip ini tidak bertentangan dengan konsep
penciptaan dari ketiadaan yang mutlak ada dalam elemen teologi, ontologi, dan
metafisika creationism.
Penulisan
yang tidak lengkap itulah yang sering membuat prinsip konservasi energi
disalahartikan atau salah diterjemahkan menjadi kekekalan energi. Padahal,
hanya objek fisik saja yang tidak dapat menciptakan atau memusnahkan energi,
sehingga tidak mesti energi itu kekal karena hal-hal metafisik tidak turut
dibatasi dalam pernyataan prinsip tersebut. Selain itu, kata conservation of
energy tidak tepat diterjemahkan menjadi kekekalan energi, yang sering
dituliskan dalam buku-buku ajar di sekolah, bahkan juga Perguruan Tinggi.
Kata
kekekalan seharusnya berasal dari kata eternity of energy, bukan conservation
of energy. Menurut Online Oxford Learner's Dictionary of Academic
English, arti conservation adalah: (1) the protection of the
natural environment “perlindungan lingkungan”; (2) the act of preventing
a resource from being wasted “tindakan mencegah sumber daya alam terbuang
sia-sia”; (3) conservation (of something), the official protection of
buildings or sites that have historical or other importance “perlindungan
resmi atas bangunan atau situs yang memiliki sejarah atau kepentingan lainnya”;
dan (5) conservation (of something) (physics), the principle by which the
total value of a physical quantity, such as energy, remains at the same level
within a system “prinsip di mana nilai total kuantitas fisik, seperti
energi, tetap pada tingkat yang sama dalam suatu sistem”.[3]
Menurut
definisi tersebut, keadaan tetap energi terjadi pada kuantitas fisik pada suatu
sistem yang tentunya sistem fisik. Artinya, tinjauan prinsip tersebut
sepenuhnya fisik, sehingga pelaku dari pernyataan prinsip kekekalan energi itu,
sepenuhnya fisik. Dengan demikian, prinsip konservasi energi yang lebih lengkap
menyatakan bahwa hanya objek atau sistem fisik tidak dapat menciptakan atau
memusnahkan energi. Dengan demikian, hal metafisik memiliki peluang untuk dapat
menciptakan atau memusnahkan energi.
Sebelum
melanjutkan, diksi kekekalan energi yang umum ada pada buku-buku teks fisika
tidak boleh dipergunakan lagi, jika mengacu pada definisi dari kata conservation.
Semestinya, digunakan kata konservasi saja atau, jika tidak ingin menggunakan
kata serapan, dapat digunakan kata kelestarian. Dua kata itu lebih sesuai
dengan creationism daripada kata kekekalan.
Bayangkan
tentang konservasi energi seperti 20 butir telur dalam ruang kelas yang
tertutup. Energi diibaratkan sebagai telur dan ruang kelas sebagai sistem yang
dibatasi oleh dinding dan pintu. Setiap siswa dan benda dalam kelas adalah
bagian dari semesta fisik. Tentunya, tidak ada siswa dan benda yang bisa
bertelur, sehingga tidak dapat menambah jumlah telur. Jika siswa juga dilarang
untuk memakan telur itu, maka siswa juga tidak dapat memusnahkan telur. Dengan pintu
dan jendela kelas yang dijaga tertutup, maka telur tidak dapat ditambah dari
luar kelas atau dibuang keluar kelas, telur hanya dapat dipindah-pindahkan dari
satu tempat ke tempat lain di dalam kelas.
Dengan
begitu, jumlah telur di dalam kelas senantiasa tetap 20 butir, yaitu terjaga
tetap. Demikianlah bayangan konservasi atau kelestarian energi yang lebih tepat
daripada penggunaan kata kekekalan, yang rancu untuk diartikan sebagai ada,
tidak bermula, dan baka sepanjang masa. Dengan demikian, prinsip konservasi
energi dengan penulisan yang lebih lengkap tersebut, tidak bertentangan dengan creationism,
juga tetap ilmiah dan rasional.
Dengan
konservasi energi diartikan sebagai prinsip bahwa alam semesta fisik (termasuk
manusia) tidak dapat menciptakan atau memusnahkan energi, hanya dapat mengubah
dari satu bentuk ke bentuk lain, maka peran alam semesta fisik dan manusia
hanya sebatas suatu prosesor, dalam artian untuk menghasilkan suatu produk,
diperlukan bahan baku. Dengan kata lain, alam dan manusia tidak memiliki
atribut untuk melakukan proses creatio ex nihilo (penciptaan dari
ketiadaan). Dengan begitu, daya kreasi manusia dan alam itu tetap terbatas walau
tetap kreatif, sehingga menuhankan manusia dan alam, yakni menganggap manusia
dan materi sebagai pusat orientasi hidup, adalah kesalahan yang fatal.
Selain
itu, dengan manusia dan alam hanya sebagai prosesor dari energi, maka manusia
dan alam bukanlah sebab atau asal dari energi. Jika kausalitas berlaku, segala
sesuatu harus memiliki sebab, sehingga segala sesuatu harus memiliki asal.
Dengan begitu, energi harus memiliki asal. Harus ada kondisi di mana energi
bermula, yaitu sebelumnya tiada menjadi ada. Dengan begitu, harus ada unit atau
dzat yang mengadakan energi dari ketiadaan. Jika manusia dan seluruh
alam dunia ini adalah objek fisik dan mereka tidak dapat mengadakan energi,
maka unit atau dzat yang mengadakan energi pertama kali haruslah berada
di luar lingkup fisik, artinya suatu unit metafisik.
Dengan
demikian, unit atau dzat yang mengadakan energi dari ketiadaan merupakan
suatu yang metafisik, supernatural, atau supranatural. Jika pengadaan dari
ketiadaan kepada perwujudan dinamakan sebagai proses kreasi atau generasi, maka
energi itu dikreasi atau digenerasi oleh suatu unit atau dzat yang gaib.
Dengan demikian, prinsip konservasi energi itu dapat mengakui creatio ex
nihilo oleh suatu causa prima yang gaib atau metafisik sehingga
secara teologi, ontologi, dan metafisika lebih sesuai dengan creationism.
[1] Douglas C. Giancoli, Physics
Principles with Applications Seventh Edition (Glenview, Illinois: Pearson
Education, 2014), hal.151
[2] Oxford Learners Dictionary, “naturalism”, (https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/naturalism?q=naturalism,
diakses pada 14 Maret 2020). Lihat juga David Papineau, "Naturalism",
The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Winter 2016 Edition), Edward N. Zalta
(ed.), (https://plato.stanford.edu/archives/win2016/entries/naturalism/)
[3] Oxford Learner’s
Dictionary of Academic English dengan kata kunci pencarian “conservation”
https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/academic/conservation diakses pada 29/02/2020
Comments
Post a Comment