Signifikansi Transportasi dalam Peradaban Menurut William M. Lewis

 


Menurut William Mather Lewis (1878-1945 M) – Walikota Lake Forest, Illinois (1915-1917), Presiden Universitas George Washington (1923-1927), dan Presiden Lafayette College (1927-1945), terdapat tingkat korelasi yang cukup tinggi antara tahap kemajuan suatu peradaban dengan dan “seni transportasi” mereka. Ini memang tidak berarti bahwa transportasi selalu menjadi penyebab perkembangan peradaban atau kebudayaan, tetapi bagaimanapun hubungan sebab akibat itu dapat berjalan, tetaplah bahwa tidak ada peradaban besar yang dibangun tanpa sistem transportasi yang terdefinisi dengan baik. Wilayah-wilayah kuno seperti Mesopotamia, Mesir, Asia Minor, dan kawasan sekitar Mediterania berkembang menjadi peradaban besar seiring dengan berkembangnya perdagangan dan transportasi di tempat itu.[1]

Sementara itu, peradaban Barat umumnya menilai peran transportasi dalam kerangka pandang yang nyaris sepenuhnya materialistis. Agar peradaban dapat berkembang, manusia harus memiliki surplus barang kebutuhan dan waktu luang dari pekerjaan untuk memenuhinya, terutama pekerjaan fisik. Hal itu agar tersedia kesempatan yang cukup untuk menstimulasi minat estetik dan mental mereka. Sayangnya, tidak semua barang kebutuhan dapat dihasilkan di satu tempat. Karena itu, transportasi menjadi penting untuk membantu memenuhinya. Dengan begitu, transportasi dianggap berperan dalam peradaban setidaknya dalam dua cara. Pertama, ia membuat barang tersedia di wilayah geografis yang lebih luas, dan kedua, ia meningkatkan produksi barang.[2]

Kafilah-kafilah dagang yang bepergian antarwilayah membawa produk-produk khas masing-masing wilayah dan menukarnya dengan produk wilayah lain. Selain itu, pertukaran gagasan dan sintesis gagasan baru juga terjadi. Hal itu dianggap akan memperkaya khazanah pengetahuan dan inovasi produk, yang pada akhirnya akan mendorong semakin berkembangnya peradaban. Selain itu, semakin luasnya ragam ketersediaan barang akibat daya dukung transportasi dan perdagangan antarwilayah itu pada akhirnya mendorong anggota masyarakat untuk semakin menekuni spesialisasi tertentu dalam pembagian kerja. Dengan tersedianya barang kebutuhan, waktu luang, kesempatan, gagasan, dan spesialisasi kemampuan, peradaban akan mampu menghasilkan seni, sains, dan teknologi yang halus.[3]

Selain itu, pembangunan dan pengaturan sarana transportasi yang baik menjadi salah satu tanda dari kemajuan peradaban, dan turut pula mendorong peningkatan aspek-aspek tertentu dari peradaban itu. Orang-orang Asia Minor dan Kekaisaran Romawi sejak dulu telah familier dengan teknologi pembuatan dan perawatan jalan yang cukup canggih, yang membuat mereka mampu membangun sistem transportasi internal dengan standar tinggi, yang turut membantu pula arus perdagangan dan perkembangan ide di wilayahnya. Penguasaan Roma atas Mesir juga memiliki arti penting mengingat Sungai Nil di sana juga berperan sebagai rute transportasi dan perdagangan.[4] Kembali lagi, perdagangan dan perpindahan orang yang baik akan mendorong peningkatan kesejahteraan dan perkembangan inovasi.

Sementara itu, dukungan transportasi yang baik memang sangat dibutuhkan untuk distribusi barang pada masa lalu, terutama karena sistem pendinginan dan penyimpanan untuk jangka waktu yang lama belum cukup berkembang. Keadaan jaringan jalan yang buruk tentu membuat suatu wilayah sulit diakses menggunakan kuda atau kereta yang mengangkut barang kebutuhan sehari-hari. Hal itu rawan membuat angkutan barang itu mengalami pembusukan atau kerusakan lainnya sehingga tidak sampai kepada masyarakat. Tidak hanya itu, bentang alam pada sejumlah pusat peradaban juga membuat pasar atau daerah penghasil kebutuhan menjadi tidak dapat diakses selama musim-musim tertentu.[5]

Dalam masa yang lebih modern, perkembangan transportasi dengan sumber tenaga yang lebih kuat, kapasitas-angkut yang lebih besar, rentang-jelajah yang lebih jauh, prasarana dan jalur yang lebih sistemis, hingga kemunculan matra udara membuat perdagangan dan bisnis terlepas dari batasan-batasan topografi dan iklim. Tingkat konsumsi dan produksi juga semakin setara, di mana hampir tidak ada lagi wilayah yang sepenuhnya hanya bergantung pada hasil daerahnya sendiri. Meskipun dunia sering dilanda bencana dan keadaan lingkungan ekstrem, sedikit surplus hampir selalu terjadi, paling tidak secara temporer.[6]

Dengan semakin besarnya kapasitas, meningkatnya laju, dan semakin globalnya jangkauan transportasi itu, rantai suplai barang juga dapat semakin jauh, menghubungkan produsen dan konsumen barang pada tingkatan internasional, sehingga meningkatkan hubungan saling bergantung dan sensitivitas ekonomi secara global. Tidak hanya itu, dengan semakin cepatnya transportasi, produksi dan pengeluaran barang-barang pun meningkat. Hal itu karena ketersediaan barang yang semakin beragam membuat fokus pemenuhan barang lebih menyebar, sehingga pembagian kerja lebih spesialis. Laju keluaran barang dari penyimpanan pabrik pun membuat produsen punya kapasitas lebih untuk berproduksi. Lanjutnya, skala operasi ekonomi pun akan semakin besar, sehingga mekanisasi yang masif pun menjadi efektif dan dengan dukungan suplai global, ongkos produksi semakin menurun dan nilai atau jumlah produksi meningkat.[7]

Selanjutnya, dengan semakin tertata dan cepatnya transportasi barang, kekhawatiran atas kerusakan barang akibat perjalanan yang berkualitas buruk dan terlalu lama, sehingga  distributor dan konsumen pun pada akhirnya merasa dapat menyimpan stok yang lebih sedikit. Arus barang pun semakin memberikan ruang bagi pemenuhan barang-barang tersier, barang mewah, atau barang-barang yang segar dan baru. Kondisi dan kebiasaan perdagangan dan konsumsi pun mengalami pergeseran.[8] Dengan laju pertukaran barang yang semakin cepat pula, investasi kapital menjadi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas dan nilai barang yang dapat dijual, lebih sedikit barang yang dibuat untuk persediaan, sebagian besar produk dibuat berdasarkan pesanan, dan penghentian pesanan berarti pengurangan segera lapangan kerja di pabrik.[9]

Berikutnya, dengan transportasi yang semakin berkembang secara global, isolasi atau batas-batas kultural dan intelektual juga semakin melebur. Daerah-daerah tertinggal, terisolir, atau terpencil akibat keadaan alam seharusnya dapat semakin dibatasi. Standar dan cara hidup masyarakat yang sebelumnya terpisah dari yang lain, kini semakin terhubung dan semakin mengalami dorongan perubahan. Perubahan itu tidak mesti menjadi lebih baik atau lebih buruk, tetapi yang pasti, perkembangan transportasi akan mendorong perubahan kultural. Selain itu, batas-batas antar-kelas juga semakin kabur, mengingat berbagai barang dapat diperoleh dengan semakin cepat, murah, dan masif. Mode, pakaian, barang teknologi, dan berbagai perangkat hidup modern semakin mudah diperoleh. Perbedaan  gaya hidup masyarakat desa dan perkotaan juga semakin mengecil.[10]

Meski begitu, laju urbanisasi juga meningkat akibat dukungan transportasi. Kehidupan masyarakat akan semakin terpusat di kota-kota, dengan kawasan satelit banyak dibangun untuk mendukung kedekatan transportasi menuju kawasan induk ekonomi dan industri. Semakin banyaknya orang di kota dengan spesialisasi pekerjaan yang tinggi rawan mendorong tingkat pengangguran, yang pada gilirannya menimbulkan berbagai masalah sosial. Masalah ikutan transportasi di kota, seperti kemacetan, kecelakaan lalu lintas, penyediaan angkutan umum, persoalan kebijakan harga bahan bakar, dan konflik lahan dalam pembangunan jalan atau sarana transportasi lainnya juga rawan menghadirkan konflik kepentingan dan permainan pengaruh dari perusahaan besar terkait transportasi.[11]

Selain itu, transportasi juga berkaitan erat dengan aspek militer dari peradaban. Sistem jalan yang tertata dengan baik dalam wilayah-wilayah Kekaisaran Romawi berperan besar dalam pergerakan pasukan dan suplai kebutuhan militer. Hal itu turut mendorong mereka memiliki cengkeraman militer yang kuat di kawasan. Pada masa kedatangan Spanyol di Amerika, kaum Inka di Peru telah membangun jaringan jalan yang membentang sepanjang 2000 mil hingga mencapai dataran-dataran tinggi di sana. Selain membantu transfer barang, sistem jalan itu juga berperan dalam rute komunikasi pasukan mereka yang dijalankan melalui para pelari cepat dalam relai sekitar 5 mil.[12]

Memang secara garis besar, transportasi dan komunikasi modern telah memberikan kita kemampuan untuk menaklukkan ruang, melebur batas-batas kultural antarkelompok manusia, dan secara umum membawa kita menuju pelebaran horizon estetis, kultural, dan intelektual. Namun, di sisi lain, terdapat keraguan bahwa semua kemajuan itu memperdalam pemahaman kita terhadap manusia dan kemanusiaan. Hubungan dagang dan kontak lainnya yang difasilitasi transportasi dan komunikasi itu tentu tidak akan bermakna tanpa saling menghargai perbedaan sudut pandang masing-masing.[13] Padahal, transportasi, komunikasi, dan informasi kontemporer cenderung membawa dunia menuju unifikasi atau penyeragaman.

Kedamaian dan status quo dunia kini secara kuat dikendalikan oleh sekelompok-kecil orang yang menguasai beragam kapital yang mencoba menerapkan realisasi bahwa maksud, kepentingan, dan ambisi orang lain tidak boleh antagonistis dengan arah progres dari tatanan yang mereka bakukan tersebut. Transportasi itu turut membawa kepada “pemaksaan” tatanan dari pihak yang kuat dan berkuasa kepada pihak yang sedang lemah, dan jika kekuatan dunia telah menjadi multi-polar, ia dapat menjadi jalan menuju suatu konflik. Pihak-pihak yang bertentangan yang berada dekat dalam suatu kawasan akan lebih rawan mengalami konflik daripada dua pihak yang lebih berjauhan.[14]

Sayangnya, perkembangan pemahaman tentang manusia dan kemanusiaan tidak berkembang sebaik dan secepat “seni transportasi”, sehingga kebanyakan filsafat politis dan sosial kita tertinggal dari kemajuan teknologi transportasi (juga komunikasi dan informasi) dalam dunia modern. Sekali lagi, hasil-hasil transportasi modern dapat membawa manusia menuju superfisial-itas. Kontak yang masif dalam dunia ini hari akan membawa dua dampak. Bagi individual yang bergerak mengikuti arus zaman, akan ada pemikiran dan kehidupan superfisial. Namun bagi yang lain, yang tidak mengikuti arus itu, ia akan menimpakan beban bagi intelegensia mereka dan memaksa mereka untuk memusatkan daya-upaya dan menuntun pada kehidupan intelektual.[15] Bagaimanapun, perkembangan transportasi tetap akan menjadi salah satu nilai besar dalam gerak peradaban.



[1] Lewis WM. The Significance of Transportation to Civilization. The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science. 1936;187(1):1-6. doi:10.1177/000271623618700102, hal. 1

[2] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 1

[3] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 1-2

[4] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 2

[5] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 3

[6] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 3

[7] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 3-4

[8] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 3

[9] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 4

[10] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 5

[11] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 5-6

[12] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 2

[13] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 6

[14] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 6

[15] Lewis, “The Significance of Transportation ..., hal. 6

Comments

Popular posts from this blog

TIGA KATA SEMBOYAN DAN SEBUAH IRONI

Permodelan Matematis Teorema Kendali

Siklus Tantangan dan Respons Peradaban Menurut Arnold Joseph Toynbee