Durasi Pengobatan Pneumotoraks Buatan pada Tuberkulosis Paru-paru
Tulisan dr. Soekiman Wirjosandjojo dalam Geneeskundig.
Tijdschrijf van Nederlandsch. Indie, deel 77, aflevering 47, jaar
1937, pagina 2895-2902.
Terjemahan bahasa Indonesia oleh M. Miftahul Firdaus
Pengobatan Tuberkulosis (TB) paru-paru dengan
pneumotoraks (metode suntikan hawa – penerjemah) buatan telah sangat meluas
dalam beberapa tahun terakhir. Di banyak negara, terapi konservatif, yang
sebagian besar terdiri dari istirahat fisik dan apa yang disebut sebagai resimen
dietetis-higienis (hygiënisch-dieetetisch regiem)[1],
secara bertahap digantikan oleh perawatan bedah-aktif kolaps (de
actieve chirurgische collapsbehan-deling) dan khususnya pneumotoraks-terapeutik. Hal itu terutama
terjadi di negara-negara di mana kondisi ekonomi dan sosial penduduknya membuat
sangat sulit untuk menoleransi rawat-tinggal yang lama di sanatorium dan rumah
sakit TB serta ketidakhadiran berkepanjangan dari pekerjaan dan mata
pencaharian sehari-hari mereka.[2]
Penyebaran bertahap pneumothorax ambulatori (der
ambulante pnea.)[3]
– yang jumlah penganutnya di antara para peneliti sekarang, menurut perkiraan Sandor
Pupeerr, enam kali lipat dari lawan-lawannya dan yang pendukungnya dapat
disebutkan, antara lain: Myers, Gardi, Liu, Shaw, Bernard, Kogan, dan di antara
kita (peneliti Belanda dan Hindia-Belanda): Van Bommel, Wisse, Van Joost,
Paneth, dll. – dengan tujuan yang tampak, baik di bawah tekanan situasi maupun
tidak, untuk mempersingkat perawatan pneumotoraks stasioner dan menggantinya
sesegera mungkin dengan rawat jalan, secara bertahap membuat pneumotoraks
kembali bekerja; dan akhirnya terapis pneumotoraks yang antusias, Alfred
Fischer, ingin mendistribusikan peralatan pneumotoraks di tangan para praktisi
medis. Semua ini menunjukkan pergeseran ke arah yang disebutkan di atas.[4]
Gusrav Baer, dalam diskusi tentang pengalamannya dengan
perawatan-jalan paru-paru, mengatakan sebagai berikut:[5]
Bagaimanapun, saya telah melakukan pengamatan bahwa
penanganan terapi yang disesuaikan dengan efisiensi masing-masing pasien pneumotoraks
sangat lama. Dengan ini, saya selaras dengan konsepsi modern tentang efek
penyembuhan dari penanganan profesional pada tuberkulosis.[6]
Kita melihat pada setiap individu yang padanya kerja
terapi tersebut dilakukan dengan sukses yang baik, kebenaran suatu kutipan
ditunjukkan, bahwa pikiran membentuk tubuh, dan ini terutama benar pada
penderita tuberkulosis. Bertahun-tahun yang lalu, saya menetapkan proposisi
bahwa jalan menuju penyembuhan tuberkulosis hanya mengarah melalui perawatan (terapeutik
– penerjemah), dan saya telah berulang kali melihat bahwa proposisi itu benar.
Pasien rawat jalan terapi pneumotoraks saya kebanyakan telah melakukan 60%
tahapan terapi, termasuk kasus dengan pneumotoraks ganda”.[7]
Terhadap kecenderungan dalam pengembangan terapi-meluruh[8]
(phthisistherapie) ini, yang menganut prinsip dasar pengobatan
konservatif TB, yaitu terapi umum orang sakit, yang (durasinya) sering kali tidak
terlalu adil (karena dipukul rata – penerjemah) dan, di sisi lain, terlalu
menekankan perawatan mekanis organ, Schröder berpikir harus meninggikan suara (menentangnya).
Dia menganggapnya sebagai pertanyaan terbuka, apakah perkembangan terapi TB ini
bisa disebut perbaikan. “Ich glaube, das Gegenteil ist Richtiger,” (Saya
pikir sebaliknya lebih benar), katanya.[9]
Apa pun posisi yang diambil seseorang dalam masalah ini,
fakta semakin populernya pengobatan pneumotoraks buatan, juga untuk
negara-negara (yang tidak mendesak, yaitu negara yang penduduknya rata-rata
lebih kaya sehingga tidak khawatir durasi lama pengobatan TB – penerjemah) ini,
tetap ada, dan tidak dapat disangkal bahwa telah ditemukan di dalamnya senjata
utama melawan penyakit tuberkulosis paru-paru.[10]
Sejak pengakuan umum perawatan pneumotoraks buatan ini
sebagai aset besar bagi terapi-meluruh (phthisistherapie) (paru-paru) di
Kongres Tuberkulosis Internasional di Roma pada tahun 1912, seperempat abad
telah berlalu. Banyak masalah yang muncul pada awal penerapannya sebagian besar
telah diselesaikan. Ini termasuk, antara lain:[11]
1. Mana penanganan untuk
didahulukan antara “metode potong” Brauer dan “metode tusukan” Forlanini-Saugman,
yang berdasarkan berbagai penanganan yang telah diselesaikan ditambah dengan
latihan, mendukung yang terakhir, mengingat metode jahitannya yang lebih
sederhana.[12]
2. Selanjutnya,
pertanyaan tentang (seberapa besar) tekanan akan diterapkan. Pada awalnya, di
bawah kepemimpinan Forlanini, tekanan berlebih atau pneumotoraks-kompresi hampir
digunakan secara universal, karena Ascot (1912) dan Parry Morgan (1913) telah
menunjukkan bahwa untuk mencapai efek terapeutik dari pneumotoraks, kompresi paru-paru
tidak mungkin dilakukan, mutlak diperlukan. Namun, (dalam berbagai penelitian selanjutnya,
didapati bahwa) relaksasi ke tingkat yang lebih besar atau lebih kecil
memberikan hasil yang lebih baik. Prinsip pneumotoraks tekanan berlebih
(kompresi) semakin banyak ditinggalkan, dan prinsip tekanan negatif (pneumotoraks
relaksasi) secara bertahap mendapatkan penerimaan umum.[13]
Selain menghindari komplikasi, seperti perpindahan organ mediastinum (kor,
pembuluh darah besar, trakea) dengan risiko gangguan peredaran darah, pecahnya
tali pleura secara tiba-tiba dengan kemungkinan perforasi paru-paru, perawatan pneumotoraks
dengan tekanan negatif memberikan sejumlah keuntungan, antara lain adalah bahwa
fenomena kolaps selektif sering dapat diamati pada layar Rontgen dan foto sinar-X,
yaitu suatu gambaran bentuk pneumotoraks, di mana bagian paru-paru yang sehat
masih berpartisipasi dalam gerakan pernapasan, sementara bagian yang sakit
telah benar-benar kolaps. Bagaimanapun, prinsip dan tujuan pengobatan
pneumotoraks adalah: untuk membiarkan sebanyak mungkin jaringan paru-paru yang
sehat tidak terganggu dan hanya berfokus agar paru-paru yang sakit untuk sembuh
dengan membiarkan mereka beristirahat. Apakah pneumotoraks tekanan berlebih
(kompresi) masih dapat dibayangkan, bahkan kadang-kadang juga, (masihkah) diperlukan,
— misalnya dalam proses fibrosa satu sisi dengan ‘Spät-Kavernen’[14]
berdinding tebal dan terletak di pusat (Baer dalam artikel yang disebutkan di
beberapa kasus di atas, di mana tekanan positif diperlukan, menjelaskan dengan
sangat instruktif) —? Pada anak-anak dengan mediastinum yang masih lemah atau
berdebar-debar dan dalam pengobatan pneumotoraks ganda, pemberian perawatan
dengan nilai tekanan negatif adalah untuk alasan yang berkaitan dengan
kapasitas vital, yang tidak boleh di bawah batas tertentu sehingga agar tidak
membahayakan nyawa pasien, yang umumnya dalam kondisi sine qua non. Menurut Gustav
Liebermeister dan Afred Schoop, untuk dosis pneumotoraks dua sisi, penentuan
kapasitas vital sangat penting. Baik dalam pengobatan pneumotoraks unilateral maupun
bilateral, seseorang harus mengupayakan derajat kolaps paru yang bekerja secara
optimal, dan hal ini (kolaps yang optimal) umumnya terjadi pada pneumotoraks
relaksasi.[15]
3. Saya selanjutnya
dapat menentukan di antara masalah-masalah praktis yang terpecahkan pertanyaan
tentang pilihan gas yang diizinkan untuk mengalir ke rongga pleura: Os, N, CO2,
udara atmosfer dan beberapa gas lainnya. Penelitian Grass telah menunjukkan
bahwa setelah waktu yang singkat, udara pneumotoraks beradaptasi melalui
pertukaran gas dengan tegangan parsial di udara alveolar (udara yang ada di kantung-kantung
paru-paru atau alveolus – penerjemah) (yaitu 90% N, 4% O2 dan 6% CO2), sehingga
secara bertahap penggunaan udara atmosfer menjadi standar untuk alasan praktis.
Namun, siapa sangka metode pengobatan ini sekarang secara teknis sempurna. Gen,
Tijdschr. ep. 47 5 menunjukkan bahwa ia memiliki sedikit wawasan tentang
banyak kesulitan yang terkait dengan implementasinya. (Maksudnya kesulitan implementasinya
yang didapati di lapangan menurut jurnal GtvNI itu hanya sedikit – penerjemah)[16]
Di antara isu-isu yang paling kontroversial di bidang pneumotoraks
tentu termasuk durasi atau jangka perawatan yang dulunya lama. Akta (maksudnya
tulisan yang berisi hasil penelitian – penerjemah) tentang lamanya pemeliharaan
pneumotoraks buatan belum selesai dan kata terakhir (kesepakatan – penerjemah)
tentang ini, menurut pendapat saya, belum pernah diucapkan di antara para pelopor
metode pengobatan ini, seperti Forlanini, Saugman, Dumarest, dkk. Ini seharusnya
tidak mengejutkan kita. Mereka saat itu belum memiliki banyak pengalaman. Pada
waktu itu, hampir tidak mungkin untuk berbicara tentang metode pengobatan, jika
orang menganggap bahwa itu melibatkan pencarian (penelitian) dan pekerjaan meraba-raba
(eksperimen) yang lebih sistematis. Pada saat itu, radiologi belum mencapai
tingkat perkembangan yang setinggi seperti sekarang ini. Hari ini, tidak
mungkin bagi kita untuk membayangkan pemeriksaan paru-paru, dan terutama tidak pada
pengobatan pneumotoraks, tanpa bantuan sinar-X (yang dulu belum ditemukan –
penerjemah).[17]
Alexander dan Burrel menganggap diagnostik paru-paru dan terapi
pneumotoraks tidak terpikirkan tanpa layar dan film sinar-X. Selain itu,
indikasi klasik dari Forlanin masih berlaku saat itu: untuk pon penuh. Hanya pada
bidang yang terbatas, phthisis kavernosa unilateral (perawatan-meluruh
unilateral pada kavernosa atau saluran), yaitu kasus-kasus lanjut yang di masa
lalu bahkan ditolak oleh sanatorium, pengobatan pneumotoraks menemukan
aplikasi.[18]
Menurut Cardis dan Mattel, 75% dari phthisis lanjut kuno
ini hanya akan diberikan perawatan pneumotoraks yang tidak sempurna atau tidak
lengkap karena adanya fusi pleura. Kita tahu bahwa perlengketan pleura visceral
dan parietalis dalam satu atau lain cara menghambat atau memperlambat proses
penyembuhan, sesuai dengan luasnya perlengketan. Berkat Jacobaeus, pembakaran
untai belum diketahui pada waktu itu.[19]
Menurut statistik Gravessen dan Unverricht, perbedaan
peluang penyembuhan fokus penyakit (yaitu bagian paru-paru yang menjadi pusat
terdapatnya TB – penerjemah) dengan pneumotoraks lengkap dan tidak lengkap
adalah masing-masing 36,9% dan 40,3%. Sebaliknya, pengulangan studi Veran telah
menunjukkan 95% dengan tidak sempurna dan hanya 5% dengan pneumotoraks total.[20]
Untuk sedikit meningkatkan kemungkinan hasil terapeutik
dalam kasus-kasus seperti itu yang sebelumnya dianggap hilang (tidak ada lagi
TB – penerjemah), pada saat itu perlu untuk mempertahankan pneumotoraks untuk
waktu yang sangat lama, kadang-kadang bahkan tanpa batas.[21]
Jika sekarang kita telaah, lamanya waktu yang diusulkan
oleh berbagai peneliti untuk pengobatan pneumotoraks, tampak sebagai berikut
ini:[22]
1. Saugman menganggap
penghentian pengobatan pneumotoraks sebagai tindakan dengan risiko tinggi,
sehingga dalam kasus kronis ia mempertahankan pneumotoraks selama 6 tahun.
2. Rist merekomendasikan
untuk melanjutkan insuflasi untuk jangka waktu yang tidak boleh kurang dari 3
tahun.
3. Staehelin menetapkan
durasi dalam kasus yang relatif baru dengan perubahan kecil dan dengan
perawatan rutin minimal 2 tahun.
4. Alexander-Baer dan Fishberg
ingin mempertahankan pneumotoraks selama minimal 2 sampai 3 tahun, sedangkan Alexander
untuk TB yang luas ingin menerapkan jangka waktu 3 hingga 4 tahun.
5. Burrel mempertahankan
kolaps selama 3 tahun penuh dan kemudian secara bertahap membuka kembali
paru-paru. Namun untuk mencegah perlengketan, ia sesekali memberikan isi ulang.
6. Unverricht ingin agar
pneumotoraks berkembang lebih awal dan mengatur durasinya setidaknya 2 tahun.
Fakta bahwa belum ada kesepakatan mutlak dalam penentuan
durasi pengobatan pneumotoraks buatan dibuat lebih jelas oleh fakta bahwa
sekelompok peneliti dalam beberapa kasus baru-baru ini mendukung pengobatan
jangka pendek (Partearroy, Klinke, Salim, Nueberger, Forlanini). Durasi
bervariasi di antara (metode pengobatan) pria-pria ini dari 4 bulan hingga 13
bulan.[23]
Perlu dicatat bahwa posisi sekelompok peneliti yang
membuat penghentian pengobatan pneumotoraks, melakukannya bergantung pada hilangnya
basil Koch (de Koch’sche bacillen, yaitu nama historis dari Mycobacterium
tuberculosis – penerjemah) dari dahak.[24]
Brauer tidak akan menghentikan pengobatan pneumotoraks
sampai setelah periode 6 sampai 12 bulan setelah hasil sputum negatif (dari
adanya bakteri itu, penerjemah). Feinschmidt hanya ingin melakukan ini setelah
3 tahun, sedangkan Mayer ingin menetapkan jangka waktu ini pada 1 tahun. Veran juga
menekankan pengaruh lamanya pengobatan pneumotoraks, setelah sputum menjadi
negatif dari basil itu. Dia menganggap seluruh durasi pengobatan, dari inisiasi
tanpa memperhatikan temuan dahak, menjadi kepentingan sekunder. Perbedaan dalam
konsep waktu penghentian perawatan medis ini dapat dijelaskan dengan “perbedaan
pengalaman pribadi para penyelidik individu dan oleh keragaman bahan medis
mereka,” kata Maendl.[25]
Fishberg mengatakan dalam hal ini: “Mengingat manifestasi
klinis yang sangat bervariasi dari tuberkulosis paru, ketidakstabilan perubahan
patologis di paru-paru, dan perbedaan dalam respons konstitusional terhadap
infeksi, jelaslah bahwa aturan umum, atau bahkan yang hanya berlaku untuk
sebagian besar kasus, tidak dapat diberikan”. Oleh karena itu, skema apa pun di
bidang ini tidak mungkin dilakukan. Setiap kasus individu harus secara ketat
diadili secara individual.[26]
Menurut Baer, perubahan anatomi-patologis yang
mengindikasikan predisposisi pneumotoraks juga merupakan pengaruh dominan untuk
penilaian durasi pengobatan. Semakin luas dan aktif kelainan, semakin lama
pneumotoraks harus dipertahankan. Semakin kurang menguntungkan kondisi mekanis
untuk kolaps yang ideal (pembesaran pleura, eksudat), semakin lama perawatan
harus dilanjutkan untuk mencapai hasil yang sama baiknya.[27]
Lebih jauh, Baer menginginkan durasi yang lebih lama
untuk pneumotoraks ambulatori, terutama bagi mereka yang memakainya dalam
pekerjaan aktifnya, daripada untuk pneumotoraks stasioner. Spät-Kaverne (penyumbatan
saluran – penerjemah), terutama pada phthisis pada usia tua dan remaja juga
harus dirawat lebih lama.[28]
Ketika seseorang mempertimbangkan semua ini dan
selanjutnya menambahkan perbedaan pendapat mengenai konsep penyembuhan yang ada
di antara beberapa peneliti (anatomis-bakteriologis klinis), seseorang harus
menyimpulkan bahwa waktu yang akurat dari durasi yang diperlukan dari metode
pengobatan pneumotoraks buatan, yang memiliki keabsahan umum, tentu akan terus
menjadi penilaian masing-masing. Namun demikian, berbagai pengalaman yang diperoleh
di berbagai negara mengajarkan bahwa kolaps paru yang terlalu singkat tidak
menjamin kesembuhan permanen. Secara umum, sebagian besar peneliti setuju bahwa
durasi minimum metode pneumotoraks buatan tidak boleh kurang dari 2 tahun.[29]
Untuk Hindia (Indonesia), di mana perjalanan penyakit TB
paru menurut pendapat Heinemann, De Langen, Siegenbeek Van Heukelom (pernyataan
pribadi) sering kali berbeda dengan gambaran klinis phthisis paru kronis di
Eropa dan sering kali bersifat akut, jika ada indikasi, sebaiknya pneumotoraks buatan
dimulai lebih awal dan durasinya harus diperpanjang, alih-alih diperpendek.[30]
Rujukan
Rujukan sebagaimana dalam versi bahasa Belandanya. Lihat
di tautan berikut.
https://firdausmiftahulm.blogspot.com/2021/12/over-den-duur-der-kunstmatige.html
[1] Metode diet
higienis adalah perawatan kepada pasien yang melalui istirahat penuh dengan
pengasuhan badan yang memadai, memberi makanan yang baik dan sehat, serta menjaga
keadaan yang higienis bagi pernapasan. [] Lihat
[2] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax-behandeling van de
longtuberculose”, Geneeskundig. Tijdschrijf van Nederlandsch. Indie,
Vol.77, No.47, 1937, p. 2895
[3] Perawatan pneumotoraks
secara jalan di dalam ambulans yang semakin populer di masa Soekiman setelah
sebelumnya penumotoraks hanya dapat dilakukan di rumah sakit (stationare
pneumothorax)
[4] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p. 2895
[5] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2895
[6] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2895
[7] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2896
[8] Terapi yang pelaksanaannya
secara bertahap dikurangi sampai tidak lagi dilakukan, dalam kasus ini dari pneumotoraks
stasioner menuju pneumotoraks ambulatori.
[9] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2896
[10] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2896
[11] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2896
[12] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2896
[13] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2896
[14] Secara harfiah
bermakna: gua-terlambat, mungkin maksudnya saluran yang terhambat.
[15] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2897
[16] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2897
[17] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2898
[18] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2898
[19] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2898
[20] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2898
[21] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2898
[22] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2899
[23] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2899
[24] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2899
[25] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2899
[26] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2900
[27] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2900
[28] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2900
[29] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2900
[30] Soekiman
Wirjosandjojo, “Over den duur der kunstmatige pneumothorax ..., p.2901
Comments
Post a Comment